Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief meminta perluasan perspektif fiqih untuk konsep haji kedepan.
“Dari banyaknya jemaah haji yang mendaftar saat ini saya mulai berefleksi apakah kita bisa mempunyai pandangan yang sama untuk haji kedepannya?” ungkapnya bada acara Bahtsul Masail 2022 yang berlangsung di Bogor. Kamis (21/04/22).
Hilman menyampaikan, jika kita bisa cukup realistis dengan daftar tunggu sekarang, para pengamat dan alim ulama harus memikirkan pertimbangan yang bisa dimasukkan ke dalam fiqih haji kedepannya.
“Dengan masa pandemi saat ini dan total 5.2 juta jemaah yang telah mendaftar haji, fiqih apa saja yang bisa kita bawa? Ijtihad apa yang bisa kita menyelesaikan problem daftar tunggu yang cukup lama ini?,” ucap Hilman.
Hilman menyampaikan perlu adanya kebijakan terkait kontrol daftar tunggu dari sisi keagamaan dengan beberapa ketentuan yang bisa dimasukkan secara realistis dan masuk akal. Analisis tajam dari para alim ulama sangat dibutuhkan untuk proses ini.
“Kesepakatan konsiderasi seperti ini insyaallah akan terus kita kembangkan. Kita bisa menyebutnya inklusi haji yang nantinya bisa diterima banyak umat dan bisa diamalkan sehingga bisa dijalani seluruh umat muslim indonesia,” ungkapnya.
Cecep Castrawijaya, selaku Ketua Umum PAMDI, memberikan harapan bahwa kegiatan ini memberikan dampak yang luas bagi masyarakat Indonesia khususnya Jamaah haji dalam segi layanan akan terus meningkat sesuai dengan program pemerintah.
“Pelaksanaan haji tahun ini, merupakan haji pertama setelah pandemi, oleh karena itu pemerintah telah menyiapkan segala hal tentang persiapan haji, hal ini tentunya telah dibarengi dengan manajemen yang baik. Dari perpsektif keilmuan manajemen dakwah layanan ini merupakan bagian dari kajian MD mengenai manajemen haji umrah dan ziarah, tegasnya.
Kegiantan ini diikuti pula oleh pengurus PAMDI serta ketua program studi Manejemen Dakwah yang telah menyelenggarakan sertifikasi pembimbing manasik haji. (Cep)