Dosen École des Hautes Études en Sciences Sociales (EHESS) Prancis, Dr (cand). Clara Gilbert, memberikan kuliah tamu di Prodi Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga pada tanggal 9 Maret 2020. Agenda tersebut merupakan rangkaian dari mata kuliah Perilaku Organisasi yang diampu oleh Bayu Mitra A. Kusuma, M.AP, M.Pol.Sc. Agenda dengan tema Understanding Muslim Behavior in France tersebut diselenggarakan di gedung teatrikal, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga.
Dalam pemaparannya, Clara menjelaskan bahwa Islam adalah agama kedua yang paling banyak diakui di Prancis. Lebih dari itu Prancis memiliki jumlah Muslim terbesar di Barat terutama karena migrasi dari negara-negara Afrika Utara, Afrika Barat, dan Timur Tengah. Populasi Muslim di Prancis mencapai lima juta jiwa. Meski demikian, statistik yang akurat sulit didapatkan karena Prancis tidak mencatat resmi tentang agama.
Bagaimana Muslim mulai memasuki Prancis? Setelah penaklukan mereka di Spanyol, pasukan Muslim masuk ke Prancis selatan. Selama musim dingin 1543-1544, setelah pengepungan Nice, Toulon digunakan sebagai pangkalan angkatan laut Ottoman. Katedral Toulon sebentar diubah menjadi masjid sampai Ottoman meninggalkan kota.
Selanjutnya Muslim juga masuk sebagai imigran. Para imigran terutama berasal dari Aljazair dan koloni Afrika Utara lainnya. Generasi pertama imigran Muslim, yang saat ini sebagian besar pensiunan dari angkatan kerja, memiliki ikatan yang kuat dengan negara tempat keluarga mereka tinggal. Pada tahun 1976, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan keluarga para imigran ini untuk menetap. Dengan demikian, banyak anak dan istri mereka pindah ke Prancis. Sebagian besar imigran menyadari bahwa mereka tidak bisa atau tidak ingin kembali ke tanah air mereka sehingga meminta kewarganegaraan Prancis.
Terkait diskriminasi yang kerap menjadi isu sensitif, Clara menceritakan bahwa di Prancis diskriminasi pada siapapun, termasuk Muslim, tidaklah dibenarkan. Secara umum Muslim diterima dan dapat bergaul sebagai warga Prancis. Bahkan Presiden Emmanuel Macron mengingatkan lagi tentang menolak stigmatisasi pada Muslim atau menghubungkan Islam dengan perang melawan terorisme. Macron mengatakan bahwa “kita harus berdiri bersama semua warga negara kita”.
Kuliah tamu ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan dan memperluas jaringan mahasiswa MD khususnya mereka yang menempuh mata kuliah Perilaku Organisasi. Melalui kuliah tamu, mereka tidak hanya belajar tentang perilaku Muslim di Indonesia, tapi juga di penjuru dunia lainnya seperti di Eropa. (sumber : http://md.uin-suka.ac.id/)
Editor: Shofi’unnafi, M.M.